Rabu, 19 September 2012

Kritik Buat Lembaga Sosial

Wahai LEMSOS di manakah TARINGMU?
Oleh
Cecep Safrudin

Anda mungkin sering mendengar lirik lagu Ayu ting-ting yang judul lagunya “alamat palsu” ada ref pertama yang menarik di lagu ini yakni “kemana kemana kemana, ku harus mencari kemana, kekasih tercinta tak tahu rimbanya lama tak datang ke rumah. selanjutnya ref ke dua dimana dimana dimana, tinggalnya sekarang dimana. kesana kemari membawa alamat namun yang ku temui bukan dirinya saayaaaang yang kuterima alamat palsu, ku tanya sama teman teman semua, tapi mereka bilang tidak tahu, saayaaang mungkin diriku sudah tertipu, membuat aku prustasi di buatnya . Saya tidak hapal lagu nya tapi pesan moral yang saya pahami dari lagu ini adalah mengingatkan kita pada penomena seorang anak perempuan yang menjual sebuah media masa ( Koran) yang perlu perhatian khusus dari lembaga-lembaga social walaupun persoalan ini bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab lembaga social tapi ini PR buat kita bersama untuk membantu mereka mendapatkan Hak sebagai manusia untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Ini perlu kiranya menjadi bahan introspeksi diri buat kita semua .kita mesti paham apa tujuan kita melakukan sesuatu, apa tujuan lembaga yang kita dirikan, kemana sasaranya, jangan sampai membawa alamat palsu itu kata ayu ting-ting penyanyi papan atas ternama. Tapi bukan persoalan lagu ayu ting-ting yang ingin saya sampaikan dalam tulisan yang sangat sederhana ini, melainkan sebuah pertanyaan yang mengelitik di manakah rasa simpatik dari lembaga social terhadap persoalan nyata yang kita lihat setiap hari di sudut lampu merah. Ini lah kisah ceritanya:
Tiga hari yang lalu, sekitar pukul 08.00 pagi WIB saya sedang duduk di sebuah warung kopi di jalan K.H.A. Ahmad Dahlan/ jalan Penjara, tepatnya di pinggir jalan Lampu merah simpang empat Jalan Johar, tak sengaja saya melihat kearah jalan ada seorang anak perempuan masih di bawah umur sedang menjajakan/menjual sebuah media masa (Koran), terlintas dalam benak pikiran saya “kemana lembaga social (lemsos), hal yang nyata di depan mata kok di biarin”. Saya tidak terlalau paham apapun fungsinya daripada lembaga tersebut, tetapi substansi yang saya tangkap selama ini mereka, maksud saya lembaga sosial dalam kampanyenya atau iklannya selalu mengatasnamakan kepentingan kemanusiaan/ummat, tidak sedikit lembaga tersebut ada di Kalimantan Barat khususnya di Pontianak saat ini dan mhon maaf saya tidak bisa saya sebutkan apa nama lembaganya yang terpenting harapan saya melalui tulisan ini menjadi bahan evaluasi buat lembaga-lembaga sosial.
Ironis sekali keberadaan lembaga tersebut terkesan mandul terhadap persoalan yang real bahkan selalu kita saksikan di jalanan. Kesan yang muncul adalah mereka hanya meraup dana-dana donator sebanyak-banyaknya sehingga banyaknya cabang kantor yang mereka dirikan menjadi kebanggan tersendiri dan nilai jual tersendiri buat lembaga itu sendiri padahal menurut saya buta terhadap persoalan nyata.
Ini berbanding terbalik ketika ada aksi belaskasi/minta perhatian dari seorang anak perempuan belia “jual koran” yang menurut saya belum waktunya ia/mereka melakukan pekerjaan yang kebanyakan orang dewasa lakukan yaitu menjual Koran padahal di usianya yang masih belia sekitar kurang lebih berumur 6 tahun. mestinya masa masa itu masih mengeyam pendidikan di bangku sekolah.
Tapi apalah daya alasan si anak melakukan itu atas dasar kebutuhan “kampong tengah” kata orang pontianak atau himpitan kebutuhan hanya untuk mendapatkan “sesuap nasi”, yang penting halal walaupun resikonya tidak ia pikirkan, yang penting bagaiman dia hari ini bisa makan. Saya tidak tahu orang tuanya kemana, kalaupun masih ada tidak mungkin orang tua dengan tega membiarkan buah hatinya melakukan pekerjaan di tengah lintasan kendaraan, kalaupun anak yatim piatu ke mana orang-orang yang bekerja di lembaha social yang selalu meraup donator-donatur tetap demi memperbesar aset lembaganya, apakah tidak ada dana pembinaan buat anak-anak yang tidak mampu bersekolah jadi kemana donasi donasi yang sudah terkumpul????.
jangan jangan ini bentuk kritik pedas dari seorang anak perempuan belia terhadap lembaga social selama ini. sebuah kritik yang di sampaikan dalam bentuk transaksi jual Koran, sederhana tetapi ini bisa menjadi PR buat lembaga-lembaga sosial, jangan sampai terkesan yang jauh di berantas sementar persoalan di depan mata di biarkan. Dia sudah prustasi kemana tempat mengadu untuk menyelamatkan masa depan ya yang masih suci. Tidak ada orang yang peduli terhadap persoalan hidupnya ini yang saya maksud pesan moral dari lagunya Ayu Ting ting.
Bukan hanya itu saja, saya melihat ada penomena pembiaran juga, ada satu keluarga yang selalu menjadi penghuni gg hanya dengan seampar tikar, tepat nya di jalan Alianyang gg kencana. Ayahnya seorang tukang sampah sambil mencari belaskasihan dari orang yang lewat sementara istri ya yang sedang menyusui sambil menunggu hasil suaminya ia sambil membaca sebuah buku. Sungguh memperihatinkan nasib mereka sepertinya mereka tak punya tempat tinggal. Lagi-lagi kemana para personil lembaga social, masih ada kah hati mu untuk membebaskan mereka dari keterpurukan. Lalu kemana orang-orang yang mengaku kaya dengan segudang harta jangan sampai hartamu hanya menjadi hiasan dunia saja
Tidak logis jika lembaga sosial yang ada di Pontianak ini tidak mampu mengatasi satu persoalan saja seperti hal nya menanggapi nasib anak-anak yang kerap menjadi bahan pembicaraan bahwa seorang anak merupakan generasi penerus bangsa dan Negara namun sayang sekali pembahasan hanya selesai di ruang diskusi , hal yang kongkirit menurut saya yang mesti di selesaikan terlebih dahulu nasi kaum Duafa. Alangkah indah nya jika kota ini bersih dari kesan-kesan pembiaran yang seolah olah tidak mampu mengurus anak jalanan.
Ini bukan penomena baru yang kita saksikan selama ini, dan tidak kunjung tuntas persoalanya. Ini juga berakibat patal kepada lembaga lembaga perlindungan anak dan hak asasi manusia HAM. Di mana taringmu wahai lembaha sosial?
Dalam konsep salah satu agama yaitu Islam saya mengutif dalam sebuah kitab Suci Al-Quran yang artinya “fid dunya hasanah wal fil akhirati hasanah wa qina adza banner” yang artinya memohon keselamatan di dunia dan di akherat”. Pesan apa yang di sampaikan oleh ayat ini? Menurut hemat saya Ini membuktikan bahwa kita tidak akan pernah meraih keselamatan akherat sebelum menyelamatkan persoalan dunia atau membantu orang-orang yang membutuhkan bantuann/ ummat di selesaikan dahulu. Ada kalimat yang selalu saya ingat, begini “kalau anda memikirkan/memperhatikan kepentingan orang lain maka Tuhan pun akan memikirkan/memperhatikan anda”.
Ada beberapa masukan buat lembaga Sosial, lembaga perlindungan anak, lembaga yang menjungjung Hak perempuan. Agar kinerja dan misi lebih mengarah pada persoalan kongkrit, dan jangan lah terlalu banyak diskusi karena hal itu akan membuat bahan yang di diskusikan hanya mampu berbicara tapi mandul dalam pelaksanaannya.
Pertama Lakukan identifikasi masalah yang sering kita lihat. Ini terkesan menggurui namun saya merasa berkewajiban mempunyai hak untuk menyampaikan. Karena dengan mengidentifikasi masalah biasanya ada proiritas kinerja tergantung misi lembaga itu arahnya kemana. Jadi lakukanlah identipikasi
Kedua mereview kembali kemana arah perjuangan anda atau lembaga anda selaku pimpinan lembaga , maksud saya arah perjuangan lembaganya masing. Jika ini di lakukan saya yakin lembaga yang anda dirikan akan lebih banyak lagi masyarak yang mendukung lembaga anda sehingga dengan sosialisasi menjadi penting supaya masyarakat tahu lembaga anda memang di butuhkan sehingga lembaga anda tidak terkesan memperbesar aset tapi memperkecil manfaat buat kepentingan orang lain.
Tiga lakukan evaluasi. Evaluasi merupakan elemen penting dalam sebuah lembaga/organisasi. Dengan evaluasi semua kendala-kendala yang di hadapi menjadi lebih mudah menyelesaikan persoalannya. Semoga Bermanpaat.

Penulis adalah: Kepala Staf
Resimen Mahasiswa (kasmen) Mahapura
Kalimantan Barat